Jumat, 25 Maret 2011

Puisi Yang Terpendam

Bandung, 24 Maret 2011
Saat saya selesai membereskan rumah di pagi hari yang cerah ini (sukses saya dijadikan babu oleh mama haha), dengan perasaan capek saya baringkan tubuh di atas kasur, yah untuk tertidur kembali (woi, mau lo diceramahin mama lagi??). Rasa malas untuk mandi menghampiri, namun saya lawan dengan silat. Haha bukan deng, tapi dengan membuka lemari untuk mencari pakaian yang akan seya kenakan dan … GUBRAK!!! Rasa capek saya semakin menjadi karena melihat lemari saya yang SUPERDUPER BERANTAKAN!!! OMG lemariku maaf ya saking saya sibuk mikirin ujian sampai-sampai saya gak ngurus kamu :(. Haduh ajib dah hoream ngaberesanana oge. Tapi ya sudahlah untuk mengisi waktu luang (hahaha mentang-mentang libur UAS) saya membereskan tempat saya bisaa menyimpan buku (loh, dari lemari kok ke rak buku sih? Ga nyambung deh -,-). Kumpulan jurnal, laporan, modul, novel dan buku penuh menghiasi rak buku saya yang kecil. Namun ada secarik kertas yang terjatuh, sepertinya ini puisi yang saya buat. Buka puisi deng tapi curhatan, eh kayak puisi ketang, ah sudahlah apapun itu boleh deh. Isinya amat menarik perhatian saya. Di kertas itu tertulis …

11 Oktober 2009
Jiwa yang kini tenggelam dalam asa yang kian hampa
Membuatku jatuh terjerembab ke dalam jurang yang dalam
Perasaan sepi yang menusuk setelah kepergianmu
Mengiringku ke dunia yang teramat asing
Dunia yang sama sekali tak ku kenal.
Gelap. Kelam. Kosong
Aku merasa takut menghadapinya sendiri
Namun kau sama sekali tak menengok ke arahku
Kau memilih pergi disaat ku mulai merasakan hadirmu
Tak tahukah kau bahwa aku membutuhkanmu?
Tak sadarkah kau bahwa aku tertinggal di sini
Menginginkan uluran tangan dan sandaran
Yang sama sekali tak ku dapatkan darimu?
Rasa yang dapat meremukkan setiap sendi hatiku
Meluluh-lantakkan isi otakku dan merobohkan setiap engsel jiwaku
Aku seakan munafik dengan mencoba tegar dan tersenyum
Padahal nyatanya hatiku menangis dan hancur
Dengan perasaan marah aku bertanya pada Tuhan
“Apakah artinya ini? Mengapa Kau ingin aku mengalami semua ini??”
Namun Tuhan tak bergeming mendengar pengakuanku
Seakan Dia menyembunyikan sesuatu dariku
Rasa sakit yang menghujam jantungku
Tak menjadikanku lemah begitu saja
Di balik ragaku yang kian rapuh
Kulihat cahaya yang terpancar merona jelas di retina mataku
Kutahu Tuhan telah menjawab tanyaku
Tuhan ingin aku mengerti bahwa
Kehidupan tak mungkin berjalan sempurna
Dia tahu bahwa aku kuat dan mampu menjalani semuanya
Aku terheran tak percaya saat aku mengetahuinya
Ku sadari semua ini adalah takdirku
Tak mampu aku membencimu walau ingin
Dan sepertinya tak mampu bagiku untuk membencimu
Karena kau pernah singgah di hatiku
Aku hanya mampu mengucapkan terimakasih
Terimakasih karena kau telah masuk ke dalam hidupku
Terimakasih untukmu yang telah mewarnai hariku
Terimakasih telah mengajarkan cinta padaku
Dan yang penting, terimakasih atas rasa sakit ini
Melalui kau, Tuhan mengajariku arti kehidupan
Meski aku terjatuh keras dalam lubang kepedihan,
Aku tidak menyesal
Karena jika aku tidak terjatuh,
Aku tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bangun,
Dan bangkit untuk kembali menatap masa depanku
Kini saatnya bagiku untuk melepasmu dari belenggu hatiku
Membiarkanmu meneruskan jalan hidup yang telah kau pilih
Harapan yang mulai ku bangun,
Mengingatkanku pada kasih sayang-Nya
Terimakasih atas segalanya, Tuhan …


Komentar saya: Tatanan puisinya BERANTAKAN !!! ahahaha :))
Tapi excited banget laaah, saya lupa malahan pernah nulis ini. Mana tulisannya sedikit terhapus oleh air mata. Wah berarti saya menangis yah pada saat itu? Ckckck… tapi bener terharu saat saya baca lagi. Ya Allah, jadi inget dulu … dan kali ini terulang lagi. Hhahah saya jadi ketawa-ketawa. Gelo lah !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar